Pentingnya Spesialisasi Dini bagi Mahasiswa Kedokteran
Menurut pengamatan saya setelah menjalani berbagai proses akademis pendidikan dokter, mahasiswa kedokteran dapat dikategorikan menjadi dua, yaitu yang sudah tahu minatnya dan yang belum.
Saya mempunyai seorang kenalan, sebut saja AA. Sejak kuliah, di sangat menekuni dunia fotografi. Sejak semester 1, AA bergabung dengan lembaga pers mahasiswa di fakultas kami. Bisa ditebak, ia mengambil jabatan sebagai fotografer.
Sejak itu, ia selalu menjadi fotografer kampus. Pada setiap acara, ia bergabung dengan panitia divisi publikasi dan dokumentasi. Bahkan setelah sekian lama, teman-temannya memintanya untuk bergabung dengan berbagai kepanitiaan bahkan sebelum ia berpikir untuk mendaftar.
AA fokus dengan minatnya fotografi. Ia rajin mengikuti lomba, mencari ilmu dari berbagai sumber maupun kegiatan, serta bereksperimen dengan kameranya.
Hari ini, ketika teman-temannya yang baru lulus masih pengangguran, ia sudah punya berbagai job terkait fotografi. Bahkan sebelum teman-temannya tahu mau menjadi apa, ia sudah membangun karir di bidangnya tersebut.
Apakah ilmu fotografi penting bagi seorang dokter? Jangan ditanya. Value AA bertambah karena dia bukan saja seorang dokter, tetapi dia juga ahli dalam bidang fotografi. Di antara teman-temannya yang masih sebatas ‘dokter baru lulus’, AA sudah menjadi ‘dokter ahli fotografi’.
Contoh kedua.
Saya mempunyai kenalan lain yang berinisial HF. Sosok yang satu ini, mulai berminat dengan bedah saraf sejak dari bangku kuliah. Ia bercita-cita menjadi seorang neuro surgeon.
Setiap ilmu kedokteran yang dipelajarinya, ia kaitkan dengan ilmu bedah saraf. Setiap ada pembahasan mengenai ilmu bedah saraf, ia hadir di sana. Bahkan minatnya mengantarkan HF untuk bertemu dengan mahasiswa-mahasiswa lain yang berminat dengan bidang serupa.
Saat mengambil koas, HF pun berkenalan dengan banyak seniornya yang menekuni dunia bedah saraf. Hidup HF jadi terarah. Sejak dini, ia mulai membesarkan bubble bedah saraf yang ia sukai tersebut. Dibandingkan teman-temannya, kini HF telah dikenal oleh berbagai PPDS (Peserta Program Dokter Spesialis) maupun dokter-dokter spesialis konsultan di bidang tersebut.
Tentunya jika nanti HF tertarik ingin mengambil program spesialis, ia telah dipercaya oleh senior-seniornya.
Inilah pentingnya spesialisasi dini.
Inilah pentingnya menggali minat kita sedini mungkin.
Dengan mengetahui apa yang kita suka, hidup kita pun jadi terarah. Seperti magnet, segala hal yang berkaitan dengan minat kita pun akan tertarik ke kehidupan kita.
Spesialisasi dini menjadi penting karena sebagai dokter, kita bisa memaksimalkan potensi kita. Kita bisa mencuri start. Mengumpulkan bekal sejak awal sehingga nantinya kita tidak tersesat.
Mungkin kamu senang dengan dunia penelitian? Mungkin kamu lebih senang mengajar? Atau mungkin kamu lebih senang organisasi, manajemen, public speaking, sosial, klinis, dan lain sebagainya.
Kata Ir. Soekarno,”Bermimpilah setinggi langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara bintang-bintang."
Jika kita tahu minat kita, kalaupun jatuh, kita tidak akan jatuh terlalu jauh dari apa yang kita kejar.
Peran VSC (Vascular Science Club) sendiri adalah menjadi media bagi kamu yang berminat dalam ilmu bedah pembuluh darah.
Misi kami adalah mencetak seorang vascularist sedini mungkin sehingga mereka bisa berkarya seluas-luasnya di bidang vaskular.
So, are you the next vascularist?
Penulis: Andika Hilman